Jumat, 07 Juni 2013

CoupL(ov)e, Meniti Cinta Bersama Sahabat

Saya membeli buku ini di pameran buku pada trimester awal 2013. Saya memilih novel ini karena judulnya yang unik; CoupL(ov)e, dan tulisan pada covernya yang bikin saya tersenyum; "Bersamamu karena terbiasa atau mencinta?" Dan saya membacanya berbulan kemudian. Inilah resensinya;

Judul buku: CoupL(ov)e
Penulis: Rhein Fathia
Penyunting: Noni Rosliyani
Penerbit: Bentang
Tahun terbit: Februari 2013, cetakan I

Halya dan Raka bersahabat sejak SMA. Persahabatan antardua insan dengan karakter bertolak belakang. Halya, perempuan ceria, gaul, penuh daya khayal. Sedangkan Raka, lelaki kuper, kaku, dan selalu berpikir logis.

Adakah persahabatan lelaki dan perempuan abadi tanpa romansa? Ada. Itulah persahabatan Halya dan Raka. Begitu abadi hingga berlanjut ke pelaminan. Loh kok? Bingung? Benar, kok. Mereka menikah tanpa cinta. Pernikahan itu didasari rasa nyaman dan bertujuan mengabadikan persahabatan mereka. Makin bingung ya?

Jadi begini...

Halya dan Raka tetap bersahabat selulus SMA meski mereka kuliah di kota berbeda. Raka di Bandung dan Halya di Depok. Walau berjauhan, mereka tetap bersandar pada satu sama lain. Mereka saling membantu sampai urusan skripsi. Bahkan ketika wisuda, Halya menjadi pendamping Raka begitupun sebaliknya.

Di kampusnya masing-masing, kedua sahabat itu menemukan cinta pertamanya. Raka jatuh cinta pada Rina, teman sekelasnya yang lembut. Cinta mereka tak terucapkan namun tersampaikan. Karena prinsip Rina yang enggan berpacaran melainkan langsung menikah, Raka pun tak umbar rayu dan janji. Ia memantaskan diri untuk bisa menjadi lelaki mandiri sebelum melamar Rina. Sayangnya, ia terlambat. Rina dijodohkan dan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya.

Sementara Halya menjadi pacar seniornya, Riki. Lelaki itu kemudian menjadi penghancur hati Halya dan membuatnya sempat pesimistis bisa menemukan lelaki yang baik. Sampai akhirnya ia bertemu Gilang. Lelaki ramah, humoris, dan senang memberi kejutan ini lantas melamar Halya. Tapi Gilang kemudian tak pernah memenuhi janjinya untuk melamar Halya pada kedua orang tuanya. Halya terpuruk.

Dalam kondisi yang sama-sama sendiri, Raka pun melamar Halya. Ia menepati ucapan isengnya pada Halya sewaktu masih SMA. "Kalau sampai umur kita tiga puluh tahun dan masih sama-sama single, aku ngelamar kamu aja."

Mereka menyadari bila pernikahan itu didasari rasa nyaman, bukan cinta. Pernikahan yang diyakini akan memperkokoh dan mengabadikan persahabatan mereka.

Benarkah begitu?

Pernikahan membuat Halya dan Raka kebingungan. Mereka tak tahu bagaimana harus bersikap, berucap, menempatkan diri dalam biduk baru tersebut. Mereka juga takut dengan perasaan yang akan muncul akibat kedekatan yang kian intens. Yang lebih kentara, mereka mulai asing satu sama lain. Jika sebelum menikah mereka bisa saling berbagi cerita dan rasa, setelah menikah justru memilih-milih rasa dan cerita untuk dibagikan. Khawatir mengungkapkannya akan membuat biduk bergoncang dan merusak persahabatan mereka yang sudah lima belas tahun berjalan.

Memberi ruang dan kelonggaran privasi serta memaklumkan kondisi pasangan menjadi pilihan cara mereka menjaga persahabatan dalam perkawinan. Bahkan ketika Rina yang tak diketahui kabarnya sejak menikah kembali hadir dalam kehidupan rumah tangga Halya dan Raka yang tengah tertatih. Begitupun Gilang di antara mereka. Menyebalkan memang menjalani pernikahan yang digelayuti CLBK (cinta lama belum kelar).

Hingga pada akhirnya hal yang dikhawatirkan Gamma dan Puput terjadi juga. --Gamma dan Puput adalah sahabat Halya dan Raka yang terkadang tanpa disadari menjadi perantara komunikasi pasangan suami istri yang bersahabat itu--

Apa sih yang paling dikhawatirkan Gamma dan Puput itu? Bagaimana Halya dan Raka menghadapinya? Betul nggak ya sahabat jadi cinta itu bisa terjadi? Di mana letak komitmen dalam pernikahan bersama sahabat ini?

Silakan baca novelnya aja deh biar nggak penasaran.

Ini novel pertama Rhein yang saya baca dan saya suka. Novel yang real. Karakter para tokoh sangat kuat. Tokoh-tokohnya bisa kita dapati di sekitar kita atau malah mungkin kita adalah salah satu dari mereka. Tampaknya sulit menentukan satu tokoh dikategorikan protagonis atau antagonis. Semua punya porsi yang sama karena memang manusia selalu punya dua sisi ini kan?

Novel yang entah bagaimana membacanya; Couplove atau Couple Love, menurut saya adalah novel proses pendewasaan. Kita disuguhkan dengan perjalanan masalah hubungan antarmanusia yang lazim dilalui dalam kehidupan kita. Rhein mengemukakan setiap masalah dalam fase kehidupan para tokoh serta solusinya (terkadang tak terselesaikan sehingga kemudian bertumpuk untuk dituntaskan) sesuai usia dan kemampuan berpikirnya. Halya dan Raka remaja tak dipaksa menjadi tua atau kekanak-kanakan ketika dihadapkan pada permasalahan hidup.

Gaya bertutur Rhein menyenangkan dan tak berbelit-belit meski agak-agak sebal dengan taburan kalimat Bahasa Inggrisnya. Tapi begitu saya baca lagi, sepertinya memang kalimat-kalimat itu yang paling pas. Jika dialihbahasakan terasa janggal dan berkurang rasa kalimatnya. Jadi it's ok.

Rhein pandai mengaduk-aduk perasaan pembaca. Gaya alur maju-mundur tak membuat bingung justru malah menghanyutkan. Dengan gaya ini, perasaan pembaca diayun-ayun dan "terpaksa" meneruskan bacaan sampai tuntas.

Meski dikategorikan dewasa, saya salut penulisnya tidak lantas jadi terseret mempertontonkan adegan dewasa. Romantisme tetap ada dan menyentuh hati. Salah satunya saat Gilang melamar Halya. Siapa yang tak klepek-klepek jika dilamar dengan gelang kaki lalu diberi kalimat manis seperti; "Semoga kamu bisa menjadi jalan surga bagi anak-anakku nanti. Bukankah surga berada di telapak kaki ibu?"

Oh ya saya menemukan satu kejanggalan. Tahun 2001 dikatakan tokohnya jalan-jalan di Mal Parijs van Java. Seingat saya di tahun itu mal belum jadi, masih dalam pembangunan. Tapi karena tidak mengganggu jalan cerita, abaikan saja ya. Atau mungkin maksudnya jalan-jalan di lahan yang akan menjadi mal; who knows.

Saya tidak tahu kalau mulanya ini adalah novel online yang di-upload Rhein di blognya. Cara yang oke buat menghimpun pembaca setia sebelum versi komplet diluncurkan. Mirip-mirip penulis yang karyanya dimuat bersambung di surat kabar kemudian dibukukan. Contohnya Parijs van Java-nya Remy Silado. Saya sempat mengkliping cerbernya di sebuah surat kabar harian dan punya novelnya kemudian.

Saya rasa novel CoupL(ov)e layak dikoleksi. Sudah cetak ulang lo! Lihat saja kalimat pembuka novelnya;

"Well, Sometimes people get married not because they're in love. They're couple, who only have some future dreams and decide to get happy life." ~CoupL(ov)e~

;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar