Sabtu, 21 Februari 2015

Ally, Sebuah Kisah Hidup Tak Biasa

Ally adalah novel dewasa karya Arleen Amidjaja yang saya tahu. Sebelumnya saya mengenal Arleen sebagai penulis buku anak. Seri "Harry Si Landak" menjadi favorit anak saya.

Begitu ada kuis first reader novel dewasa milik Arleen, saya bersemangat ikut. Saya ingin tahu seperti apa sih jika Arleen bercerita untuk kaum dewasa.

Draft dua bab pertama novel Ally sampai di email saya. Saya simpan tapi tak langsung dibaca. Ya itu, deg-degan, khawatir. Heran deh padahal bukan saya penulisnya, saya cuma pembaca hahaha.

Kemudian saya baca setelah beberapa lama mengendap di dokumen saya. Tahukah kalian, setelah membacanya saya sebal, sebal, sebal! Kenapa sih cuma dikasih lihat dua bab? Kenapa nggak semua bab? Hahaha ngelunjak!

Dua bab Ally begitu memikat dan sukses membuat saya penasaran tingkat dewa! Siapa coba yang tidak akan penasaran jika diberi secuplik kisah seperti ini:

Ally, gadis manis usia 10 tahun adalah anak tunggal mama dan papanya. Tapi satu kejadian ganjil membuatnya menjadi seorang kakak dari Albert, anak lelaki usia lima tahun berambut merah dan menggemaskan. Semua orang, termasuk mama dan papa keheranan ketika Ally bertanya siapakah Albert.

Mama dan papa semula mengira Ally bercanda. Mereka memperlihatkan beragam dokumentasi Ally bersama Albert. Di sana mereka terlihat sebagai kakak beradik yang saling menyayangi. Namun tak sedikitpun Ally mengingatnya. Sampai kemudian Ally pasrah. Ia memutuskan untuk menerima Albert sebagai adiknya dan melanjutkan hidup bersama-sama.

Keganjilan itu berulang tujuh tahun kemudian. Ketika Ally tengah menikmati kehidupannya bersama Albert yang bising namun penyayang, mama mengejutkannya. Mama menangis dan papa menuding Ally bersikap jahat pada mama karena bersikap seolah Albert masih ada. Ally heran karena ternyata faktanya Albert sudah tiada.

Just it! Coba gimana ga penasaran diberi cuplikan cerita seperti itu? Bikin gemas kan?

Saya salut pada Arleen karena ternyata novelnya tidak bernuansa kanak-kanak. Porsinya pas untuk dewasa (muda). Bahasa Arleen tak rumit dan saya merasa seperti membaca novel terjemahan. Setting Amerika dengan nama tokoh yang sangat 'barat' disajikan pas, tidak overdosis. Kalau tak tahu ini adalah karya Arleen, penulis asal Indonesia, barangkali saya akan mengira jika Ally adalah novel terjemahan. Tentunya bukan dalam arti negatif jika saya menyebut novel ini seperti novel terjemahan. Malah sebaliknya, novel Ally ini layak diterjemahkan ;)

Selain karena isinya, juga sampul depannya yang sangat cantik. Gambar perempuan berambut merah memunggungi dengan latar empat gambar (kota metropolitan, pohon musim gugur, sofa di dalam ruangan, dan laut). Judulnya pun sudah berbahasa Inggris "Ally All These Lives" dengan menuliskan nama Arleen A (tidak ditulis lengkap Amidjaja).

Kesukaan saya dari Arleen, dia menulis dengan kalimat efektif. Tidak berpanjang-panjang yang bisa menyebabkan pembaca kelelahan.

Tema yang diusung Arleen menurut saya tidak biasa. Keberadaan dan ketidakberadaan seseorang di hidup kita. Kitakah yang menghadirkannya atau kita hanya sekadar lupa. Apa sebenarnya makna dari keberadaan dan ketidakberadaan itu. Tentu saja novel Ally ini fiksi tapi bisa jadi ini adalah kisah kita di kehidupan nyata. 

Saking penasarannya, saya sudah tidak sabar membaca bab-bab selanjutnya. Maka kemarin saya membeli novel Ally. Saya ingin melepas kepenasaran saya. Ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Ally? Benar tidak ya tebakan saya pada kisah Ally ini? Tunggu resensinya di blog saya ya :)

Judul Buku: Ally - All These Lives
Penulis: Arleen A
Editor: Dini Novita Sari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Januari 2015, cetakan I

Jumat, 13 Februari 2015

Cinta dan Iman

"Dalam pernikahan, dibutuhkan cinta dan iman. Dua hal itu yang akan menjadi stimulasi agar rumah tangga tidak retak."

Kalimat itu diucapkan Husna dalam novel Coupl(ov)e karya Rhein Fathia terbitan Bentang Pustaka tahun 2013. Kalimat yang penuh makna dan sangat terang. Tak ada ambiguitas di sana. Tapi justru terkadang terlupakan.

Dulu saya kira pernikahan adalah hubungan yang terjadi satu kali seumur hidup. Suami istri akan menjalani kehidupan bahagia, menua bersama, hingga maut memisahkan.

Namun kemudian pernikahan di sekitar saya tidak seperti sangkaan saya. Perceraian yang saya kira hanya cerita khayalan dalam sinetron Indonesia, justru terjadi pada orang-orang dekat saya.

Apa yang terjadi pada mereka ini, begitu pikir saya. Jujur, sayapun cemas dan tak ingin mengalami kejadian serupa. Na'udzubillah.

Saya coba menelaah pernikahan di sekitar saya; baik mereka yang gagal maupun yang bertahan hingga usia senja. Benar sekali kalimat Husna itu. Pernikahan itu tak cukup sekadar cinta. Iman adalah pondasi utamanya. Bersama cinta, iman akan mencapai pernikahan yang samara (sakinah, mawaddah, warrahmah/ tentram, bahagia, rahmat).

Dari mereka saya belajar; yang perlu dipupuk adalah keimanan kita, penumbuh cinta. Itulah pondasi utama mahligai rumah tangga. Pondasi inilah yang harus kuat. Kami perlu memperkokohnya bersama-sama agar harapan untuk bahagia, menua bersama dapat tercapai. Semoga kami bisa mencapai rumah tangga yang tentram, bahagia, dan penuh rahmat. Aamiin..

#KisahKasihFavoritku