"Dalam pernikahan, dibutuhkan cinta dan iman. Dua hal itu yang akan menjadi stimulasi agar rumah tangga tidak retak."
Kalimat itu diucapkan Husna dalam novel Coupl(ov)e karya Rhein Fathia terbitan Bentang Pustaka tahun 2013. Kalimat yang penuh makna dan sangat terang. Tak ada ambiguitas di sana. Tapi justru terkadang terlupakan.
Dulu saya kira pernikahan adalah hubungan yang terjadi satu kali seumur hidup. Suami istri akan menjalani kehidupan bahagia, menua bersama, hingga maut memisahkan.
Namun kemudian pernikahan di sekitar saya tidak seperti sangkaan saya. Perceraian yang saya kira hanya cerita khayalan dalam sinetron Indonesia, justru terjadi pada orang-orang dekat saya.
Apa yang terjadi pada mereka ini, begitu pikir saya. Jujur, sayapun cemas dan tak ingin mengalami kejadian serupa. Na'udzubillah.
Saya coba menelaah pernikahan di sekitar saya; baik mereka yang gagal maupun yang bertahan hingga usia senja. Benar sekali kalimat Husna itu. Pernikahan itu tak cukup sekadar cinta. Iman adalah pondasi utamanya. Bersama cinta, iman akan mencapai pernikahan yang samara (sakinah, mawaddah, warrahmah/ tentram, bahagia, rahmat).
Dari mereka saya belajar; yang perlu dipupuk adalah keimanan kita, penumbuh cinta. Itulah pondasi utama mahligai rumah tangga. Pondasi inilah yang harus kuat. Kami perlu memperkokohnya bersama-sama agar harapan untuk bahagia, menua bersama dapat tercapai. Semoga kami bisa mencapai rumah tangga yang tentram, bahagia, dan penuh rahmat. Aamiin..
#KisahKasihFavoritku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar