Jumat, 12 April 2013

Always be in Your Heart, Menjejak Pulang ke Ermera


Kali ini saya mau mengulas novel hadiah ulang tahun kemarin. Hadiahnya langsung dikirim oleh penulisnya. Thank you very much Mba Brin :) Novel yang langsung habis sekali lahap. Siang diterima, malam sudah selesai dibaca.

Judul Buku: Always be in Your Heart (Pulang ke Hatimu)
Penulis: Shabrina Ws
Penerbit: Qanita
Tahun Terbit: Februari 2013 Cetakan I



Nama penulisnya ngetop sebagai penulis fabel. Nah, sebelum membaca novel yang ini, saya baru selesai membaca novel duetnya dengan Riawani Elyta; Ping! A Message from Borneo. Well well well…dua novel pemenang lomba. Ckckckck… Oiya, novel Always be in Your Heart ini adalah peraih juara ketiga Lomba Penulisan Romance Qanita. Kita lihat bagaimana novel ini dalam pandangan saya.

Sepertinya Mba Shabrina Ws tak bisa lepas dari penulisan fabel. Sekalipun dalam novel roman manusia. Saya sudah curiga sewaktu penggambaran sebuah sosok di awal cerita. Jangan-jangan…eh benar! Lon adalah seekor anjing. Tapi menariknya, lewat kacamata Lon ini justru teraih rasa duka mendalam Marsela. Duka yang menggiring masuk ke dalam cerita roman sebenarnya antara Marsela dan Juanito.

Marsela dan Juanito, dua bocah yang besar bersama di Ermera, Timor Timur. Keduanya tumbuh seperti kakak dan adik. Marsela yang sudah piatu, menganggap ibu Juanito sebagai ibunya. Juan juga bersikap protektif sehingga Marsela merasa aman. Tak ada lelaki yang berani menganggunya.

Cinta ada karena biasa. Selepas kepergian Juanito ke kota untuk kuliah, Marsela merasa ada yang berbeda. Bocah yang sudah menjadi lelaki itu selalu ia tunggu kedatangannya dengan rasa berbeda.

Sampai kemudian ketika Marsela baru saja menamatkan sekolahnya, Juanito melamarnya. Tentu saja ia menerimanya. Namun pernikahan terpaksa ditangguhkan sampai batas waktu yang tak ditentukan. Marsela mengikuti ayahnya yang berkehendak menjadi warga negara Indonesia untuk mengungsi ke luar Ermera. Sementara Juan, seperti juga ayah dan ibunya, tak mau beranjak dari bumi Loro Sae dan memperjuangkannya.

Gejolak politik berimbas pada hubungan kedua insan. Tak ada janji, tak ada utang yang harus ditunaikan. Tetapi menunggu adalah pilihan Marsela.

Marsela menapaki hidup di bumi pengungsian hingga ayahnya berpulang. Dalam kesendiriannya, ia baru menyadari ada lelaki yang begitu peduli padanya, Randu. Pemuda peranakan Jawa-Minang itu adalah sahabat ayahnya. Bahkan ayah Marsela menitipkannya pada Randu sebelum meninggal dunia.

Marsela gamang. Ia kini sebatang kara. Ia masih berharap Juan datang padanya. Sepuluh tahun berselang dan Marsela memutuskan untuk pulang. Ditemani Randu, ia menapakkan kakinya kembali di Ermera. Desa yang tak lagi sama. Negeri yang sudah berbeda. Ia pun mendapati kenyataan bila Juan sudah berubah. Begitu juga dirinya.

Sepertinya sudah menjadi gaya Shabrina Ws; singkat dan padat. Buat sebuah novel roman, saya rasa alurnya terlalu cepat. Rasa bunga-bunga, cemas, cemburu, galau, manis, sejuta rasa yang konon menjadi simbol kisah cinta, terlalu cepat saya cecap.

Dalam kisah itu dua insan yang kasmaran terpisah jarak tanpa kabar selama sepuluh tahun.  Waktu yang lama untuk berteka-teki apakah cinta keduanya masih sama, akankah mereka menyatu, seperti apa damba mereka. Banyak rasa yang sepertinya bisa didapat dari satu dasawarsa.

Menurut saya, alangkah lebih manis bila ditampilkan juga kondisi Juan di Ermera. Novel ini menggunakan setting peristiwa penting dalam sejarah Indonesia dan Timor Leste. Sayang bila tak tergali momen spesial ini dari para pelakonnya.

Di luar itu saya salut dengan penulis yang mempertahankan gaya fabelnya sekalipun dalam novel roman. Tak ada kesan dipaksakan. Tokoh hewan ikut serta dalam hubungan cinta tokoh utamanya. Bahasanya ringan dan pemilihan katanya nyaman. Terbukti hanya dalam beberapa jam saja saya bisa menyelesaikan membacanya.

Ah, satu lagi. Saya lebih senang jika judul novelnya tanpa kalimat Bahasa Inggrisnya. Pulang ke Hatimu lebih terasa syahdu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar