Ah, ya. Di tengah jalan kami menemukan pohon yang dahannya lentur. Anak-anak berayun-ayun di sana. Seru!
mari mengeja aksara
Senin, 19 Agustus 2019
Ngebolang di Hutan Kota Jakarta
Ah, ya. Di tengah jalan kami menemukan pohon yang dahannya lentur. Anak-anak berayun-ayun di sana. Seru!
Rabu, 02 November 2016
Cloud Bread, Film Animasi Aneh yang Keren
Salah satu film yang ditonton anak saya adalah Cloud Bread. Awalnya sih saya merasa aneh karena gambarnya tidak biasa. Karakter di dalam film adalah binatang yang terbuat dari kardus yang diwarnai krayon. Sementara gambar latarnya biasa saja seperti kartun pada umumnya. Duh, saya ga ngerti istilah animasi. Saya hanya bisa mendeskripsikan semampu saya. Maafkan kalau tak paham.
Yang membuat aneh bagi saya adalah suaranya. Film ini berasal dari Korea. Meski saya bukan pecinta drama Korea yang bertaburan di televisi nasional sejak beberapa tahun lalu, tapi saya tahulah bagaimana logat bicara mereka yang khas. Nah kartun yang ditayangkan di RTV ini disulihsuarakan ke dalam Bahasa Indonesia namun logat bicaranya tidak seperti orang Indonesia. Barangkali ingin mendekati logat Korea yang meliuk-liuk di akhir kata. Agak gatal telinga saya mendengarnya hehehe.
Keanehan berikutnya adalah roti awan yang jadi judul film. Karakter utama di film adalah kakak beradik kucing bernama Hong Shi dan Hong Bi. Mereka selalu membawa bekal roti awan buatan ibu. Ketika ada permasalahan yang membutuhkan kecepatan gerak, mereka akan memakan roti itu dan tubuh mereka jadi ringan lalu mereka pun terbang. Hahahaha. Untungnya si pembuat cerita tidak selalu menggunakan roti awan dalam setiap episodenya.
Tapi meski aneh, saya suka. Cerita yang dikisahkan sangat sederhana namun penuh makna. Di antaranya yang saya ingat adalah ketika Hong Bi tanpa sengaja memecahkan pot bunga ibu guru.
Ia merasa ibu guru marah padanya. Ia ingin menebus kesalahannya namun tidak tahu bagaimana caranya.
Hong Bi kemudian berupaya menyenangkan ibu guru. ia membawa bunga yang potnya ia pecahkan ke taman sekolah. di sana ia tanam bunga tersebut. tapi lagi-lagi hong bi teledor. ia menyiram rok ibu guru saat menyiram bunga. ia semakin kecewa pada dirinya. iapun mengasingkan diri.
Ibu guru yang melihat Hong Bi bersedih, meminta ia berjalan ke suatu tempat. Sesampainya di tempat itu, Hong Bi diminta membacakan surat kepada siapapun yang ia temui di sana. Meskipun merasa janggal perintah tersebut, Hong Bi melaksanakannya. Ketika ia sampai, ternyata ia bertemu cermin besar. Hong Bi menyadari jika ibu guru begitu perhatian padanya. Iapun membacakan surat yang ditulis ibu guru. Isinya kalimat motivasi yang menenangkannya.
Episode lain yang saya suka adalah Senin kemarin ketika ibu guru meminta siswanya membacakan buku cerita di depan kelas. Siswa pertama membacakan cerita Jack dan Kacang Ajaib. Ia mengisahkan tentang petani miskin bernama Jack yang menukarkan uang terakhirnya dengan benih kacang. Benih itu tumbuh tinggi hingga ke awan. Jack menaiki pohon dan sampai di kastil raksasa. Ia masuk ke dalam kastil dan mendapati raksasa tidur. Di sisi tempat tidur terdapat ayam bertelur emas dan harpa. Jack mengambilnya namun raksasa terbangun dan mengejarnya. Jack segera berlari dan menuruni pohon. Sesampainya di darat, ia menebang pohon lalu menjadi kaya raya dengan ayam dan harpa. (kisah aslinya bisa dibaca di sini)
Siswa ke dua membacakan dongeng Kucing Bersepatu Bot. Seekor kucing memiliki majikan yang miskin namun jatuh cinta pada seorang puteri. Kucing itu meminta majikannya menyediakan sepasang sepatu bot dan dengannya ia akan membantu si majikan menjadi kaya.
Setelah memakai sepatu bot, kucing mendatangi kastil raksasa. Ia meminta raksasa memperlihatkan kemampuan sihirnya dengan mengubah raksasa menjadi tikus. Begitu raksasa berubah menjadi tikus, si kucing melahapnya. Iapun mengajak majikannya ke kastil raksasa. Mereka kaya raya dan majikannya hidup bahagia bersama puteri. (kisah aslinya dapat dibaca di sini)
Di antara siswa, ada seekor kucing bertubuh besar. Ia mempertanyakan dongeng-dongeng tersebut. "Mengapa raksasa selalu jahat? Padahal tubuh besar tak berarti jahat." Ia juga heran karena raksasa-raksasa dalam dua cerita tersebut tak berbuat apa-apa tapi dianggap jahat dan dimatikan.
Pertanyaan ini membuat siswa berdiskusi. Diskusinya kurang lebih seperti ini dalam ingatan bebas saya:
"Kalau aku jadi raksasa, aku akan menelepon polisi karena ayam dan harpaku dicuri Jack."
"Iya, lalu polisi akan mendatangi Jack dan bertanya apakah ia mengambil milik raksasa."
"Jack akan mengembalikan ayam dan harpa lalu meminta maaf kepada raksasa."
"Tapi Jack akan kembali miskin."
"Kenapa tidak dia jual saja kacangnya? Raksasa membantu Jack memetik kacang."
"Iya benar!"
Kemudian beralih pada diskusi cerita ke dua.
"Kalau aku jadi kucing bersepatu bot, aku akan meminta tolong pada raksasa."
"Meminta tolong?"
"Iya, aku akan berterus terang kalau majikanku miskin dan ingin meminjam kastil raksasa supaya bisa mendekati tuan putri."
"Iya, raksasa akan meminjamkannya."
"Kenapa tidak berkata jujur saja pada tuan puteri?"
"Benar juga! Tuan puteri pasti senang ada yang berkata jujur padanya."
Gimana, keren kan? Kisahnya sederhana dan cerita berkembang sesuai dengan pola pikir anak-anak. Polos dan memasukkan nasehat umum yang sering diperoleh anak-anak; harus jujur, tidak mengambil milik orang lain, menolong orang lain.
Guru dalam cerita tersebut hanya mengamati diskusi mereka. Jadi, pesan yang disampaikan tidak meminjam mulut orang dewasa.
Buat yang penasaran, bisa menyaksikannya di kanal RTV. Tapi saya juga menemukan banyak di You Tube :)
gambar diambil dari sini: Cloud Bread
Minggu, 23 Oktober 2016
Cinema World, Jendela Wajah Dunia
Sudah lama tidak menulis ternyata bikin canggung ya! Bingung mau nulis apa dan bagaimana menuliskannya. Hehe..
Oke, kali ini saya mau sedikit bercerita tentang menonton film di rumah. Saya bukan movie freak tapi suka nonton kalau memang lagi ingin nonton. Karenanya, saya tak pernah mengejar-ngejar film terbaru. Santai saja.
Kami menggunakan televisi berlangganan. Salah satu kanalnya adalah Cinema World. Saya suka sekali kanal ini. Awalnya, saya merasa aneh menonton film di kanal ini. Bagaimanapun, saya terbiasa menyaksikan film produksi Hollywood. Begitu menonton film di Cinema World tentunya harus membiasakan diri dulu. Selain bahasa yang beraneka ragam di telinga, kualitas gambar dan cerita yang disajikan juga berwarna.
Lama-lama saya menyukainya. Saya tak perlu repot memahami dialog karena toh ada subtitle Bahasa Indonesia hehe. Dan tentu saja ini kan film; jadi akting para aktor dan aktris memengaruhi walau penonton bukanlah pengguna bahasa mereka. Iya dong..
Menyaksikan film dari berbagai negara meyakinkan saya bahwa manusia di mana pun ya sama saja. Permasalahan pun kurang lebih sama. Kebanyakan yang saya tonton adalah film drama. Permasalahan yang diangkat tentunya seputar human interest. Cinta, persahabatan, komitmen, tanggung jawab, pengkhianatan, keserakahan; semuanya tak asing, bukan?
Film-film yang ditayangkan sebagian besar pernah mendapatkan penghargaan berbagai ajang festival film. Dan atau film-film box office di negaranya. Asik kan?
Beberapa film yang saya suka di antaranya, Rock The Casbah dari Maroko, Metro Manila dari Filipina, Das Leben Der Anderen dari Jerman, La Playa de Los Ahogados dari Spanyol, Lobos Sucios dari Spanyol, Besser als Du dari Jerman, dan lainnya yang saya lupa judulnya dan agak repot kalau harus googling satu-satu hehe. Film-film yang ditayangkan juga relatif baru. Setidaknya tidak sampai 10 tahun ke belakang. Ya buat saya sih segitu masih lumayan lah.
Mau tahu seperti apa film-film ini? Berikut cuplikannya yang saya ambil dari Youtube:
Rabu, 13 Mei 2015
#BeraniLebih Konsisten Agar Anakku Tumbuh Sehat Ceria
Minggu, 03 Mei 2015
Kotak Bergambar Hati
Ren mencari kotak perkakas dan mengambil palu. Kedua gembok dipatahkannya. Ia membuka satu kotak dan menemukan sangat banyak lembaran kertas memo di dalamnya. Lembaran itu sudah menguning. Bau khas kertas lama tersimpan di ruang lembap menguar saat ia membukanya.
Satu per satu kertas memo itu ia baca. Ia mengenal pemilik tulisan-tulisan itu, mama dan papanya. Mata Ren membelalak. Mulutnya ternganga. Terkejut membaca isi tulisan di dalamnya. Tak pernah satu kali pun dalam hidupnya selama 25 tahun ini sebagai putri bungsu mereka, ia mendengar mama dan papanya mengucap kalimat-kalimat yang tertulis di hadapannya. Makian, cacian, sumpah serapah.
Tak sampai hati meneruskan, Ren menutup kotak itu dan meletakkannya di lantai. Ragu-ragu ia mengambil kotak lainnya. Di sana terdapat gambar hati utuh berwarna merah. Ren menarik napas panjang. Tersadar berada di ruangan lembap, iapun terbatuk-batuk karena menghirup aroma apak. Ia membuka kotak dan heran. Di dalamnya ada kertas memo juga tapi hanya ada...17 lembar.
Ren membaca ketujuhbelas kertas memo. Senyumnya merekah. Beragam ungkapan rasa sayang dan cinta mama dan papanya tertulis manis di sana. Ia juga menemukan cap lipstik bibir merah mama di beberapa memo.
Kenapa cuma 17?
"Ren, tolong Mama..." Suara mama mengejutkan Ren. Mama tak melanjutkan kalimatnya. Mama menghampiri Ren dan mengambil kertas-kertas di tangan putrinya. Ren menatap mamanya meminta penjelasan.
"Kami pernah bertengkar hebat. Capek sekali rasanya. Lalu kami sepakat menuliskan kekesalan di kertas sebelum serius membicarakannya. Kalau sudah adu argumentasi dan berdiskusi, kami memasukkannya ke dalam kotak. Artinya, jika sudah masuk kotak, case closed!
"Begitu juga dengan ungkapan sayang kami. Tapi ternyata, mengungkapkan sayang dan cinta secara langsung, rasanya lebih indah. Maka catatan cinta kami hanya sedikit."
"Kenapa begitu, Ma?"
"Karena kalau hanya bertukar tulisan, kami tidak bisa langsung melihat binar bahagia di matanya. Binar itu menyala dan sangat menyenangkan hati. Berbeda dengan sorot mata amarah atau kecewa. Ada gurat sedih dan terluka. Kami tidak suka melihatnya. Kami lebih senang jika menatap mata yang bahagia, raut yang gembira, suka cita."
"Mama dan papa bahagia?"
"Ya! Karenanya dua kotak itu ada di sini, di gudang."
"Kenapa masih disimpan?"
"Kami berencana membukanya nanti kalau sudah renta."
"Untuk apa?"
"Untuk menertawakan kami yang pernah tolol."
"Hahaha.."
"Hahaha.."
"Masih mau seperti itu?"
"Hm..Kamu boleh simpan kotak yang di pangkuanmu itu."
"Yang ini, bagaimana?" Ren menunjuk kotak yang tergeletak di lantai.
"Bakar saja!"
"Hahaha.." Ren dan mama tertawa bersama.
"Yuk, bantuin Mama bujuk papa!"
"Ngeyel lagi?"
"Biasa, maunya kolokan sama Daddy's little girl!"
Diikutsertakan dalam kuis #CERMAT Mizan
Sabtu, 11 April 2015
Review Gloomy Gift: Ketika Cinta Harus Melukai
Judul buku: Gloomy Gift
Penyunting: Pratiwi Utami
Penerbit: Bentang Pustaka
Kara dan Zeno saling mengenal selama lebih dari satu tahun. Merasa yakin dengan pasangannya, mereka mantap membawa hubungan cinta ini ke pelaminan. Di satu akhir pekan, Zeno bersama Garin dan Dhewa (ayah dan adiknya), serta kerabat terdekat pergi ke kediaman Kara di Bogor. Mereka mengadakan acara pertunangan.
Sudah lama saya tidak membaca novel action romance modern dengan senjata api (biasanya saya baca novel action dengan pedang dan samurai). Seingat saya, novel sejenis yang pernah saya baca adalah novel terjemahan. Nah baru kali ini saya membaca produksi penulis lokal, Rhein Fathia. Ini adalah novel ke dua karyanya yang saya baca setelah Coupl(ov)e. Di novel sebelumnya, saya tidak kecewa bahkan menyebutnya sebagai novel yang komplit. Coupl(ov)e adalah novel favorit saya. Bagaimana dengan Gloomy Gift?
Well... Saya suka! Saya suka! *Mei-mei mode on*
Rhein seperti biasa, sangat rapi menulis. Ketegangan disuguhkan sejak prolog. Kisah selama dua hari di satu akhir pekan itu sangat seru dibaca dalam novel setebal 280 halaman ini. Tidak ada celah untuk berhenti membaca. Tegang banget..
Para tokoh yang dihadirkan meskipun banyak tapi muncul dalam porsi yang cukup, tak berlebihan. Masing-masing diceritakan bagaimana latar belakang mereka. Rhein begitu runut dan menyebarkannya di bab yang tepat untuk menyimpan informasi berbagai tokoh tersebut. Membuat pembaca mendapat kejutan di setiap akhir bab.
Furky adalah tokoh paling mengejutkan saya. Pantas saja jika karyawannya berkata jika berada di samping Furky menjadi tempat teraman ke dua setelah dalam rahim ibunda (halaman 192).
Saya terkecoh dengan identitas asli si Lupus. Saya mengira si Lupus adalah Draco. Tak disangka jika Lupus adalah... **** (sensor hehehe)
Saya bukan pembaca yang cerewet soal EYD dan sebagainya. Tapi tentunya menyenangkan bila membaca novel yang rapi dalam tata bahasa. Rhein salah satunya. Sejak membaca Gloomy Gift di Wattpad, saya tidak menemukan kesalahan tulis. Malah dua bab pertama novel ini tidak berbeda dari versi Wattpad.
Ketegangan diciptakan Rhein sambil berteka-teki. Pembaca dibuat sibuk dengan mencari tahu siapakah musuh Zeno sebenarnya. Aksi kelahi Zeno dan musuh utamanya di sebuah gedung yang belum jadi begitu mendebarkan. Mungkin Rhein sering menonton film action untuk mendapat gambaran seru ini. Dan setahu saya, Rhein juga ikut kelas menembak sebagai riset novelnya. Cool!
Sisi romantis Rhein tetap hadir di tengah ketegangan. Terasa sekali rasa sayang Zeno pada Kara dan begitu juga sebaliknya. Tak lupa ia juga menyematkan lelucon di dalamnya. Yang paling membuat saya tertawa adalah permainan senter di rumah Belanda. Konyol tapi romantis. Hihi..
Mungkin jika harus ada kekurangannya, Gloomy Gift tidak bertabur kalimat indah penuh makna seperti Coupl(ov)e. Tapi karena genre novelnya berbeda, tentu yang ditawarkan Rhein pun berbeda. Meski begitu, ada kalimat perenungan yang penting dalam novel ini;
Selasa, 07 April 2015
Anak Ibu (FF)
Pim meragu. Ia bingung. Aroma khas rumah sakit yang sudah bersahabat dengannya selama hampir satu tahun ini, mendadak membuatnya mual. Ia memijit-mijit pelipisnya, menimang-nimang berita yang akan ia sampaikan.
"Bu, Pak Bram melamarku."
Akhirnya Pim berkata dan menyebut nama atasannya di kantor.
"Benarkah?" tanya ibu. Pim mengangguk.
Pim tak menduga wanita berwajah lembut di hadapannya tersenyum. Matanya membulat memancarkan rasa bahagia. Mengapa ibu bisa tersenyum sementara aku sebaliknya?
Pim menunduk. Bahunya naik turun. Pipinya membasah.
"Aku harus bagaimana, Bu?"
"Terimalah!"
Lagi-lagi ibu mengejutkannya. Pim mengerenyitkan dahi. Ia kecewa. Matanya terluka. Ia lemparkan pandangan pada sisi ibu.
Wanita paruh baya itu mengerti. Dalam batinnya ia berseru: Ia harus mati.
"Pim, pulanglah! Malam ini Ibu tak usah ditemani."
Bulan depan tepat satu tahun mereka mendiami kamar di rumah sakit ini. Tabungan terkuras kering. Bulan lalu Pak Bram datang menawarkan solusi. Wanita itu menyepakatinya.
Malam pekat. Tangan wanita itu gemetar. Ia mencabut kabel dan selang penopang hidup sosok pucat yang membujur di ranjang. Matanya basah memandangi sosok muda itu, anak lelaki kebanggaannya. Hatinya teriris.
"Maafkan Ibu, Nak. Menantuku harus menikah. Karenanya Kau harus pergi."
Flashfiction ini diikutsertakan dalam Tantangan Menulis FlashFiction – Tentang Kita Blog Tour