Ren mencari kotak perkakas dan mengambil palu. Kedua gembok dipatahkannya. Ia membuka satu kotak dan menemukan sangat banyak lembaran kertas memo di dalamnya. Lembaran itu sudah menguning. Bau khas kertas lama tersimpan di ruang lembap menguar saat ia membukanya.
Satu per satu kertas memo itu ia baca. Ia mengenal pemilik tulisan-tulisan itu, mama dan papanya. Mata Ren membelalak. Mulutnya ternganga. Terkejut membaca isi tulisan di dalamnya. Tak pernah satu kali pun dalam hidupnya selama 25 tahun ini sebagai putri bungsu mereka, ia mendengar mama dan papanya mengucap kalimat-kalimat yang tertulis di hadapannya. Makian, cacian, sumpah serapah.
Tak sampai hati meneruskan, Ren menutup kotak itu dan meletakkannya di lantai. Ragu-ragu ia mengambil kotak lainnya. Di sana terdapat gambar hati utuh berwarna merah. Ren menarik napas panjang. Tersadar berada di ruangan lembap, iapun terbatuk-batuk karena menghirup aroma apak. Ia membuka kotak dan heran. Di dalamnya ada kertas memo juga tapi hanya ada...17 lembar.
Ren membaca ketujuhbelas kertas memo. Senyumnya merekah. Beragam ungkapan rasa sayang dan cinta mama dan papanya tertulis manis di sana. Ia juga menemukan cap lipstik bibir merah mama di beberapa memo.
Kenapa cuma 17?
"Ren, tolong Mama..." Suara mama mengejutkan Ren. Mama tak melanjutkan kalimatnya. Mama menghampiri Ren dan mengambil kertas-kertas di tangan putrinya. Ren menatap mamanya meminta penjelasan.
"Kami pernah bertengkar hebat. Capek sekali rasanya. Lalu kami sepakat menuliskan kekesalan di kertas sebelum serius membicarakannya. Kalau sudah adu argumentasi dan berdiskusi, kami memasukkannya ke dalam kotak. Artinya, jika sudah masuk kotak, case closed!
"Begitu juga dengan ungkapan sayang kami. Tapi ternyata, mengungkapkan sayang dan cinta secara langsung, rasanya lebih indah. Maka catatan cinta kami hanya sedikit."
"Kenapa begitu, Ma?"
"Karena kalau hanya bertukar tulisan, kami tidak bisa langsung melihat binar bahagia di matanya. Binar itu menyala dan sangat menyenangkan hati. Berbeda dengan sorot mata amarah atau kecewa. Ada gurat sedih dan terluka. Kami tidak suka melihatnya. Kami lebih senang jika menatap mata yang bahagia, raut yang gembira, suka cita."
"Mama dan papa bahagia?"
"Ya! Karenanya dua kotak itu ada di sini, di gudang."
"Kenapa masih disimpan?"
"Kami berencana membukanya nanti kalau sudah renta."
"Untuk apa?"
"Untuk menertawakan kami yang pernah tolol."
"Hahaha.."
"Hahaha.."
"Masih mau seperti itu?"
"Hm..Kamu boleh simpan kotak yang di pangkuanmu itu."
"Yang ini, bagaimana?" Ren menunjuk kotak yang tergeletak di lantai.
"Bakar saja!"
"Hahaha.." Ren dan mama tertawa bersama.
"Yuk, bantuin Mama bujuk papa!"
"Ngeyel lagi?"
"Biasa, maunya kolokan sama Daddy's little girl!"
Diikutsertakan dalam kuis #CERMAT Mizan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar